Aug 28, 2008

Majalah Intisari


Kemarin saya iseng2 beli majalah Intisari di Ranch Market Sumarecon. Mulanya sih cuma ingin koleksi coz majalah intisari genap berusia 45 tahun. Sejak SD gw udah baca intisari karena informasi & pengetahuannya banyak dan diulas dengan bahasa yang mudah dicerna.

Majalah yang dulunya digawangi P.K. Odjong (Alm) & Jacob Oetama ini boleh dibilang merupakan majalah informasi & pengetahuan pertama di Indonesia; kira-kira setingkat dengan Riders Digest.

Ada banyak sekali pembahasan ilmu pengetahuan populer di majalah itu, tidak hanya itu, anda bisa belajar bahasa yang dulu diasuh oleh JS Badudu, belajar matematika dengan teka-teki, belajar Kelirumologi dengan Jaya Suprana, ada kolom Science yang diasuh oleh Yohanes Surya dan rubrik-rubrik lainnya.

Informasi yang dipaparkan pada majalah ini masih tetap segar walaupun saya membuka kembali Intisari kepunyaan ayah saya di tahun 1970. Saya ingat waktu dulu, Intisari seakan-akan merupakan bacaan wajib para dokter, karena saya sering sekali melihat rekan2 papi yang membaca Intisari. Memang sih, muatan informasi kesehatan di majalah ini pada saat itu paling bagus dibandingkan dengan majalah lain. Lagi pula, untuk kami yang tinggal di daerah timur Indonesia, Intisari telah berjasa membuka cakrawala kami.

NAMUN, sejujurnya 3 tahun terakhir saya jarang membaca Intisari. Semua ini disebabkan karena Intisari kurang cukup bersaing dengan majalah2 baru seperti Riders Digest dan National Geographic. Saya sendiri tercatat selama ini menjadi pelanggan RD bahkan saya mendapatkan juara pertama dan berhak atas hadiah kamera setelah memenangkan sebuah kuis di RD.

Mengapa intisari kian tenggelam ? Dilihat dari sudut pandang saya:
1. Tema yang diangkat kurang menarik
2. Terkadang kurang aktual
3. Desain sampul kurang mengikuti perkembangan sekarang
4. KERTAS
-> Masih dimaklumi karena hampir semua penerbit tercekak dengan tingginya
harga kertas. Tapi bukankah informasi & tampilan yang menarik
akan melambungkan oplah ???
5. Intisari mungkin saja kehilangan rohnya. Sulit dilukiskan, namun saya merasa cukup sedih waktu meninggalkan intisari beberapa tahun lalu.

Hmmm.. saya jadi ingat koleksi saya yang ditinggalkan di Flores. Terakhir kali; 3 tahun lalu cuma tinggal 20-an.. entah kemana yang lain. Mudah-mudahan dibaca, hilang gak apa2 yang penting dibaca sama yang ngambil hehehe...

Semoga Intisari dapat mengubah dirinya ke arah yang lebih baik.. Saya doakan.

No comments: